Senin, 14 Januari 2013

Kiat-Kiat Menulis dan Kiat-Kiat Jadi Penulis


SEMARAK FLP RANTING UM
TALKSHOW KEPENULISAN – 30 SEPTEMBER 2012
LAB. DRAMA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG
“KETIKA PENA BICARA, SELARIK KATA MENYILAU SEMESTA”
BY: Ustadz Marenda Darwis


Assalamu’alaikum, sahabat  Blogger :D
Pada tanggal 30 September 2012 lalu saya  mendadak ikut talkshow nih, asalnya sih saya boring banget di kost2.an saya sendirian. Jadi saya memutuskan untuk ikut talkshow kepenulisan yang diadakan oleh UKMP UM dalam acara Semarak FLP Ranting UM di Lab. Drama FS UM. Jujur saja, saya awalnya asal-asalan ikutan buat mengisi waktu hari minggu saya, pengennya keluar aja, biar fresh sehabis ngerjain tugas-tugas kuliah yang terkadang bikin suntuk. Parahnya, saya juga kurang tahu siapa sih Ustadz Marendra Darwis, katanya penulis hebat. Saya mah tahunya Darwis Tere-Liye, hehe. Tapi Ustadz Marendra juga sangat menarik, karena  salah satu karyanya yang terkenal itu kalau tidak salah judulnya “Masih Perawan kah Bibirmu?”, dari judulnya saja udah bikin penasaran. Apa ya isi dari buku tersebut, saya sangat penasaran. Dari itu saya jadi mulai tertarik apa yang akan dipresentasikan oleh beliau. Beliau yang menyandang gelar ustadz, kok bisa ya mengeluarkan karya yang kontroversi tersebut. Saya jadi menyebutnya Ustadz Keren. Beliau tidak hanya memiliki arti “ustadz” tetapi juga mengenal arti dunia yang berlawanan dengan kehidupannya. Yaitu dunia metropolitan, yang serba pernak-pernik kehidupan, entah itu hanya sekedar buruk kelihatnnya dan paling buruk sekalipun.
Ohya, akhirnya dari talkshow tersebut saya mendapatkan banyak pengetahuan dan manfaatnya. Pengetahuan tersebut tidak akan saya makan sendiri, sahabat Blogger. Saya juga ingin berbagi pengetahuan kepada kalian semua. Kebetulan jenis talkshow tersebut adalah talkshow kepenulisan, jadi saya akan berbagi pengetahuan mengenai kepenulisan. Motto dari talkshow tersebut sangat menarik, yaitu “Ketika Pena Bicara, Selarik Kata Menyilau Semesta”. Motto tersebut sangat memiliki arti dan tujuan dengan pentingnya menulis. Jadi, saya di sini akan membahas sedikit mengenai dunia tulis-menulis.
Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dan hasil dari keterampilan reseptif seperti banyak menyimak dan membaca. Sahabat Blogger suke dengan menulis? Atau juga ingin jadi penulis. Ada beberapa kemungkinan jika kamu bisa menjadi penulis, yaitu terkenal, pendapatan besar, dan berdakwah. Kenapa berdakwa? Karena menulis kan memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, pengetahuan, bisa saja menyampaikan syariat agama. Jadi bisa digolongkan berdakwa, tetapi memalui media tulisan. Hal ini sebaiknya dijadikan sebagai tujuan utama jika kamu ingin jadi penulis yang hebat dunia-akhirat. Ada pula haditsnya:
 “Barang siapa mengajak kepada petunjuk, maka ia mendapat pahala sebanyak orang yang mengikutinya, tidak mengurangi paham mereka sedikitpun….” (HR. Muslim)
Ingin menjadi sesuatu atau menjadi seseorang yang berprofesi harus mempunyai patokan dan standart. Menjadi penulis pun harus mempunyai patokan dan standart, yaitu keinginan, keyakinan, motivasi, dan berusaha. Tambahan semuanya diawali dengan basmallah J. Seperti halnya filosofi mengenai jembatan. Ada dua jenis jembatan yang memiliki makna besar, yang pertama yaitu jembatan yang lebar sekali tetapi tidak memiliki pagar pembatas, dan yang kedua yaitu jembatan yang sempit tetapi memiliki pagar pembatas. Bayangkan, jika kamu berjalan di atas jembatan, kamu memilih jembatan yang mana? Kamu berani melewati jembatan yang pertama atau yang kedua? Pastinya jembatan kedua, yaitu jembatan yang memiliki pagar pembatas meski jebatan tersebut memiliki ukuran yang tidak lebar. Terpentingnya yaitu memiliki pagar. Jika jembatan tersebut sudah memiliki pagar, kita akan aman-aman saja berjalan melewati jembatan tersebut. Tapi bagaimana kalau tidak ada pagar pembatasnya? Kita pasti berjalan dengan sangat hati-hati, merasa khawatir dan takut, kurang percaya diri, dan tidak bebas mengekspresikan diri sesuai konsep kita. Maka dari itu, di dalam kehidupan juga filosofi tersebut patut kita terapkan. Sebaiknya, jembatan (kita) tersebut dipasang pagar keyakinan dan pagar motivasi. Sebagai standart untuk memulai sesuatu sesuai keinginan kita. Bangun pagar tersebut dengan kokoh dan jangan sampai mudah runtuh, agar kita terhindar dari ketidakpercayaan diri dan tidak mudah putus asa. Tidak hanya itu, setelah itu jangan hanya dipikir saja, tapi lakukan! Don’t just think, but do it!.
“Scripta Manent Verba Volant”, kata-kata ini memiliki arti kurang lebih seperti ini “Yang tertulis akan mengabdi, yang terucap  akan berlalu bersama angin.” Tetapi jangan salah persepsi ya, maksud yang mengabdi dari hal tersebut yaitu hal yang materil bukan yang nonmaterial. Tulisan merupakan materi, sehingga bisa terdokumentasi. Sedangkan ucapan langsung tidak bisa terdokumentasikan secara nyata (ucapan). Memang di samping itu, terkadang ada ucapan yang menyakitkan kita yang akan terbawa sampai mati jika ucapan itu terus membekas di hati dan mengabdi. Hal tesebut  yang akhirnya terlihat mematahkan kalimat “Scripta Manent Verba Volant”, tetapi padahal bahasan kedua objek tersebut berbeda, yaitu kata-kata tersebut hanya mengenai objek yang berbentuk (materi). Jadi, tidak bisa dikaitkan dengan yang menjadi alasan yang dikontrakan tersebut. Intinya, sebuah tulisan akan menjadi sejarah peninggalan seseorang daripada hanya ucapan yang terkadang dilupakan, dan solusi ucapan tersebut agar tidak terlupakan yaitu dijadikan sebuah tulisan yang lebih menarik dan berbobot. Seperti halnya, jika kita ingin membuat suatu karya tulisan seperti buku. Bukan tebalnya buku tersebut yang menjadi berbobot, tetapi padatnya isi dan arti yang termuat di dalam buku tersebut yang menjadikannya berbobot dan memiliki nilai-nilai yang tinggi.
Menjadi penulis terlihatnya mudah tetapi menjadi penulis yang professional itu juga tidak gampang, ada saja hambatan-hambatan yang dapat terjadi. Mulai hambatan internal lalu eksternal, yang paling penting untuk memulainya pastinya hadir hambatan internal dari sang calon penulis. Hambatan menjadi penulis antara lain yaitu, memiliki motivasi yang lemah, takut gagal, tidak percaya diri, suka menunda, dan malas. Motivasi yang lemah membuat apa yang diinginkan sulit untuk dilaksanakan secara maksimal maupun sekedar memulainya. Ini berlanjut disebabkan oleh rasa takut jika mengalami kegagalan, padahal belum dicoba bagaimana bisa merasakan proses awal menjadi calon penulis. Semuanya butuh awalan sebelum maju ke proses sebenarnya hingga sampai pada tujuan yang ingin kita capai, dan kegagalan adalah menunjukkan kepada asam-manisnya sebuah perjalanan menuju keberhasilan bahwa keberhasilan tidak menantang bila tanpa ujian, keberhasilan harus melewati berbagai proses, dan proses itu tidaklah semuanya mulus. Rasa percaya diri pula sangat mempengaruhi keberhasilan, dengan berinteraksi dengan orang lain juga sangat mempengaruhi lahirnya motivasi untuk diri sendiri. Apabila motivasi termiliki maka rasa percaya diri akan ikut mengiringi. Apabila sudah memiliki motivasi dan rasa percaya diri maka jangan sampai kita menunda-nunda langkah apa saja yang harus kita lakukan. Hal ini sering terjadi, kita terkadang masih suka menunda-nunda. Terhadap kegiatan sepele pun terkadang kita menunda untuk mengerjakannya karena terlena oleh kenikmatan waktu dan faktor lainnya yang tidak logis. Apabila kebiasaan ini sudah melekat pada diri kita, maka menjamurlah sifat malas. Malas adalah penyakit yang berbahaya dibandingkan penyakit fisik sesungguhnya. Jangan sampai kita menyesal kemudian jika terus-terusan begitu. Sebab, malas juga merupakan ujian waktu kepada kita dan malas adalah musuh nyata bagi kita dalam melangkah menuju keberhasilan. Semoga kita dapat menghadapi semua hambatan untuk bisa menjadi penulis yang hebat.
Penulis kegiatan pokoknya menulis. Jika ingin jadi penulis saja ada hambatannya, pastinya kegiatan menulis itu sendiri juga memiliki hambatan. Ada berbagai hambatan menulis yang dapat kita temui. Pertama, ide mentok, yaitu kita menganggap bahwa ide kita yang tidak ada atau kita mendahului pernyataan bahwa kita tidak mempunyai ide untuk menulis. Solusi yang dapat mengatasinya yaitu kita harus sering-sering membaca, banyak mendengarkan baik-baik, dan melihat atau mengamati apa yang di sekeliling kita maupun apa yang terjadi. Lalu, tulis apa saja apa yang sudah kalian dapat atau apa saja yang dipikirkan kalian. Hal ini bisa menjadi sebuah pancingan untuk memulai menulis, dengan begitu memori-memori yang kita memiliki akan bermunculan. Terkadang pula ide muncul saat kondisi terdesak, memunculkan ide-ide atau simpanan yang terkubur. Tetapi hal tersebut bukan jaminan untuk menciptakan tulisan yang bagus. Melainkan hanya cadangan untuk menghasilkan tulisan yang tidak mengenal itu bernilai atau tidak, namun baiknya kita juga harus memiliki persiapan yang bagus pula biar jika terdesak maka ide yang keluar juga benar-benar bagus. Kedua, sulit memulai, sering kita sulit mengawali sebuah tulisan atau sebuah karya. Misalkan sebuah buku cerita atau karya ilmiah populer. Solusinya yaitu untuk siapa tulisan yang akan kita buat sebagai tujuan tulisan tersebut. Tujuan tersebut bisa dijadikan gambaran awal yang kemudian hal-hal lainnya mengikutinya berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dengan berupa tulisan-tulisan. Kemampuan menalar sangat penting pula dalam mengawali dan melaksanakan proses menulis ini. Jadi, patutlah kita melatih penalaran kita dengan baik. Hal ini bukan hanya untuk kegiatan menulis melainkan kegiatan yang lainnya dalam kehidupan kita. Solusi kedua untuk memulainya yaitu akan dibawa ke mana ide tulisan tersebut.  Tujuan umum yang sudah kita buat sebelumnya, kita bisa melanjutkan tujuan khusus dari tulisan tersebut. Misalkan, pertama untuk siapa tulisan tersebut dibuat kemudian tulisan yang seperti apa yang akan kita suguhkan.
Hambatan ketiga dalam menulis yaitu kehilangan arah. Paling sering kita temui yaitu kita kehilangan arah dalam proses menulis. Misalnya tulisan kita mudah melebar kemana-mana, parahnya kadang tidak nyambung dengan ide pokok cerita yang kita buat. Agar dapat  menghasilkan tulisan yang berbobot, padat isi/makna, dan tidak ngelantur kemana-mana, baiknya kita membuat rancangan tulisan yang bagus agar tulisan kita terarah dan terkendali. Keempat, malas mencari data. Kemalasan yang seperti ini sangat berkaitan dengan halnya kegiatan membaca. Sebab, dengan membaca akan memberikan informasi kepada kita secara faktual dan tidak hanya sekedar mendengarkan isu-isu yang beredar. Misalnya untuk membuat karya tulis ilmiah, kita perlu mencari data dengan membaca dan mendokumentasikan data-data ilmiah sebagai bukti atau pendukung kebenaran tulisan yang kita buat. Terakhir, hambatan dalam menyelesaikan tulisan juga tidak jarang kita temui. Membuat ending yang menarik juga harus kita kuasai. Kita harus menguasai kemampuan menulis secara utuh agar bisa menjadi penulis yang berhasil dengan tulisannya sendiri. Akhir yang baik dari tulisan akan melahirkan kesimpulan yang sesuai dengan tujuan awal dibuatnya sebuah tulisan, dan makna maupun maksud yang ingin disampaikan penulis bisa tersampaikan. Namun, di samping itu juga ada berbagai ending yang bisa dipakai bila membuat karya sastra. Ada ending yang sudah jelas akhirnya, ada pula ending yang sengaja seperti tidak terselesaikan untuk membuat penasaran pembaca. Tetapi tetap saja, ending itu mau terselesaikan atau tidak haruslah menarik. Agar pembaca terhindar dari kekecewaan.
Pernak-pernik menulis bermacam-macam dalam kiat-kiat meningkatkan kemampuan menulis dengan baik, yang paling berperan yakni rajin mengamati. Mengamati untuk menemukan data yang faktual dan aktual untuk mengetahui perkembangan. Ada trik dalam mengamati, yaitu ATM (Ambil, Tiru, Modifikasi). Trik tersebut sangat boleh dan sangat dianjurkan untuk dicoba. Hal ini melatih kita dalam menalar dan lebih kreatif. Kiat yang lainnya yaitu banyak membaca, terbiasa menulis buku harian, buku kecil atau buku catatan pribadi, sering membuka kamus seperti yang berkaitan dengan kata-kata trend untuk dituju pada sasaran, ambil hikmah masa lalu, sering berdiskusi (dengan sesame penulis), jangan ragu untuk mengirimkan sebuag karya ke penerbitan atau media informasi, latihan terus, dan motivasi yang tinggi. Selain itu semua, kita harus mempunyai kekonsistenan dan kefokusan. Meski di tengah proses kita mengalami berbagai jalan yang berliku, sebaiknya kita tetap harus fokus terhadap pintu keberhasilan atau penyelesaian yang ingin kita capai.
Sebelum ingin jadi apapun, khusunya menjadi penulis harus memiliki persiapan untuk mengawali sesuatu. Menulis untuk menjadi penulis juga harus diawali dengan niat, yaitu untuk kebaikan, dengan itu kita melakukan sesuatu tidak akan sia-sia. Setelah itu, kita bisa melangkah ke proses selanjutnya yaitu proses menulis itu sendiri. Dalam proses menulis mempunyai tiga (3) tahap, yaitu pramenulis, saat menulis, dan pascamenulis. Pramenulis bisa dilakukan seperti membuat rancangan tulisan, mulai dari membuat sasaran pembaca, ide tulisan, membuat judul, mencari data pendukung, hingga berusaha bagaimana cara mengembangkan ide tulisan tersebut.
Saat menulis tiba, segeralah mulai. Terapkan apa-apa yang sudah direncanakan dan dipersiapkan dengan baik. Lawan semua gangguan yang dapat mempengaruhi proses menulis. Jangan lupa tetap fokus meski ada pelebaran dalam tulisan yang kita buat. Hiraukan dahulu kesalahan-kesalahan dalam penulisan, lanjutkan tulisan tersebut sesuai apa yang ingin kita sampaikan dengan tetap mengikuti rancangan yang telah kita buat. Biarkan proses inti menulis tersebut berlangsung. Setelah proses tersebut, pascamenulis berperan untuk melakukan pengeditan terhadap tulisan yang telah kita buat. Edit dengan penuh penghayatan atau perhatian lebih yang merupakan sebagai proses akhir dalam membuat tulisan yang baik dan benar. Hingga benar-benar tulisan tersebut layak dipublikasikan dan sebagai tulisan yang memang terselesaikan. Apabila tulisan tersebut untuk dimuat di media cetak misalnya, jangan ragu untuk mengirimkannya. Mencobalah terus, jangan takut gagal. Gagal adalah hal biasa, dengan kegagalan kita bisa tahu mana letak kesalahan kita. sehingga kita kan terus-terusan berlatih dan mengirim tulisan hingga diterima. Poin penting yang juga harus diperhatikan dan tidak boleh dilupakan yakni pertimbangkan standart pembaca. Siapa saja sasaran pembacanya, sebab hal ini juga berpengaruh terhadap tujuan tulisan itu sendiri.
Oke, sobat Blogger. Kurang lebih seperti itu materi yang saya dapat dari talkshow tersebut. Namun, pastinya banyak kekurangan apa yang telah saya sampaikan di atas. Tentunya juga saya luput dari apa-apa yang disampaikan pemateri talkshow. Jadi saya menjabarkan sedikit apa yang saya dapat dan saya ingat. Ohya Sobat, beberapa tulisan yang cukup sering disukai oleh pembaca itu biasanya harus aktual, professional, ATM (Ambil, Tiru, Modifikasi), selalu baru (unik dan dibutuhkan), dan sangat mempengaruhi kehidupan pembaca (misalnya karya sastra yang mengandung nilai-bilai kehidupan maupun karya ilmiah populer yang dekat dengan kehidupan masyarakat). Selain itu, pelajarilah bagaimana cara para the best seller dalam membuat karya tulisannya. So, marilah menjadi kaya dan bahagia dengan menulis. Seperti halnya slogan yang diucapkan oleh Ustadz Mahendra yakni “Mari Menjadi Kaya dan Bahagia dengan Menulis”, tetapi jangan lupa dengan niat awal ya yaitu niat untuk kebaikan, dan niat utama yaitu dakwah.
Memang sulit ya, Sobat. Dalam mengawali sebuah langkah. Tetapi untuk mengawali sesuatu memang harus perlu sedikit paksaan. Seperti  halnya dengan adanya hukum, hukum dibuat untuk dipatuhi, hukum dipatuhi secara paksa dan menjadikan sebuah kewajiban bagi anggotanya. Hal itu merupakan sebuah aturan, aturan peran hukum, dan hukum dibuat untuk sebuah tujuan, yakni keselamatan. Hukum menulis juga seperti itu, ada berbagai hukum-hukum proses menulis supaya bisa melahirkan tulisan yang bermanfaat dan tidak buruk. Jika melenceng dengan hukum yang ada, maka melenceng pula apa yang dihasilkannya. Begitulah aturannya. Sobat Blogger, maka mari belajar dan berkarya dengan menulis!
Afwan, syukron katsiiran J
Wassalam.